Senin, 08 Desember 2014

Madrasah Kreatif: PAHLAWANKU IDOLAKU



Madrasah Kreatif MI Muhammadiyah 2 Jombang

(MK MIMUDAJO) 10 nopember 2014 menyelenggerakan upacara bendera dalam rangka Hari Pahlawan. bertugas sebagai :
Komandan Upacara: A.Failafauz(afe)kelas 2. 
Daton : Azizie kelas 1 dan Danang kelas 3
pembaca UUD : Calvin kelas 2
pembawa Pancasila : Diko kelas 3
Pengibar Bendera :Dini, Hana, dan Putri semuanya kelas 5.
Pembaca Do'a : Hilmi kelas 3.

Peringatan 10 Nopember 2014 mengusung tema besar PAHLAWANKU IDOLAKU. dalam kegiatan ini peserta didik sengaja memakai pakaian yang bertemakan PAHLAWANKU. banyak hal menarik yang perlu dicermati ketika anak-anak berpakaian sesuai tema. ada yang berpakaian tentara, polisi, guru, kiai, petani, pemain sepak bola, orang biasa. dalam pikiran mereka itulah ya.... yang disebut pahlawan bagi anak-anak.
Lapor ...!

sehingga kita memberikan kebebasan kepada mereka tentang nilai-nilai apa yang diambil dari pahlawan mereka. sehingga dari pemikiran mereka pahlawan mereka akan menjadi figur yang baik, figur yang perlu ditiru dalam mencari jati diri mereka.

" dengan tema Pahlawanku Idolaku akan menjadi inspirasi bagi pesesta didik madrasah kreatif MI Muhammadiyah 2 Jombang, sehingga semangat kepahlawanan akan terus berkobar dan akan ada serta terus tertanam sepanjang masa. tugas kita sekarang adalah merubah diri sendiri menjadi lebih baik"  ujar Kepala Madrasah selaku inspektur upacara pada penutupan Amanatnya.


















By: MustaqimElMuhammadiy


Senin, 03 Februari 2014

Pendaftaran Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2014/2015

MI Muhammadiyah 2 Jombang menerima pendaftaran peserta didik baru tahun pelajaran 2014/2015.
Syarat Pendaftaran:
1. FC Akte Kelahiran atau Surat Keterangan dari Desa
2. FC Kartu Keluarga
3. Mengisi formulir Pendaftaran
4. Foto 3 x 4 berwarna 2 lembar
5. Membayar biaya pendaftaran Rp. 25.000,-
Pendaftaran dibuka sekarang sampai kuota terpenuhi. Jika putra putri bapak/ibu diterima sebagai peserta didik baru di MI Muhammadiyah 2 Jombang tahun pelajaran 2014/2015 maka harus mendaftar ulang pada 18 – 19 Juli 2014 di Kantor MI Muhammadiyah 2 Jombang pada jam 08.00 – 11.00.

Selasa, 30 April 2013

Rekreasi “Refreshing Kelas VI”

Sebagai penutup rangkaian persiapan kelas VI dalam persiapan menghadapi Ujian Naional, hari Selasa 30 April 2013 diadakan rekreasi ke The Legend Waterpark Kertosono. Semua siswa kelas VI diwDSCN5433ajibkan ikut serta sebagai acara rereshing sebelum Ujian Nasional berlangsung hari Senin, 6 – 8 Mei 2013.

Setelah sebelumnya hari Jum’at, 26 April diadakan karantina khusus kelas VI yang diadakan di sekolah dengan berbagai acara motivasi dan acara keagamaan seperti do’a bersama dan sholat tahajud berjama’ah, acara refreshing ini diharapkan bisa membuat siswa kelas VI lebih santai dan lebih mantap menatap Ujian Nasional.   

Minggu, 20 Januari 2013

Program Orang Tua Asuh

Program Orang Tua Asuh adalah program pemberian bantuan kepada siswa berprestasi dan kurang mampu berupa dana Rp. 50.000,- perbulan yang berasal dari masyarakat. Program ini diadakan dan diorganisir oleh MI Muhammadiyah 2 Jambu - Jombang yang menggalang dana dari masyarakat.
Sampai dengan Januari 2013 siswa yang telah mendapatkan bantuan dari Rrogram Orang Tua Asuh sebanyak 12 siswa dengan prioritas pemberian bantuan kepada siswa kelas 6 yang belum mendapatkan bantuan BSM dan PKH.
Diharapkan nantinya semua siswa bisa mendapatkan bantuan dari Program Orang Tua Asuh ini tergantung dari masyarakat yang memberikan bantuan, dan sampai dengan artikel ini dimuat pihak sekolah terus mengupayakan bertambahnya orang tua asuh.

Kamis, 01 November 2012

Wisata Edukasi Trowulan 2012

Candi Brahu, Trowulan-Mojokerto

Senin, 29 Oktober 2012

Penyembelihan Hewan Qurban

Allahu Akbar ... Allahu Akbar ...

Minggu, 24 Juni 2012

Budaya Meng-katrol Nilai Raport: Membunuh Peran Guru dalam Membangun Budaya Kejujuran Akademik


Sungguh ironis, dengan adanya berbagai kebijakan yang dibuat oleh para pembuat kebijakan pendidikan di negeri ini, guru bagaikan telur diujung tanduk. Bagaimana tidak, di satu sisi peran guru adalah pengajar, pendidik dan pelatih. Guru dituntut mengajarkan ilmunya kepada peserta didik, transfer of knowledge. Guru dituntut untuk bisa mendidik peserta didiknya agar mempunyai sifat dan sikap yang santun, anggun dan bermoral. Dan guru dituntut untuk bisa melatih peserta didiknya agar terbiasa untuk disiplin, tidak putus asa dan bekerja keras.
Di sisi lain, dengan berubahnya sistem penilaian kelulusan peserta didik di SD/MI yang tidak lagi menjadikan nilai Ujian Nasional (UN) sebagai satu-satunya patokan kelulusan peserta didik, diakui atau tidak telah meringankan beban peserta didik dan guru. Guru tidak lagi harus bersusah payah mengatur strategi agar semua peserta didiknya mendapatkan nilai yang tinggi dalam UN. Sebagaimana kasus di Surabaya, contekan masal yang digagas pihak sekolah yang akhirnya dibongkar seorang orang tua peserta didik. Dan banyak lagi kasus-kasus dimana pihak sekolah yang telah dengan sengaja mengatur contekan masal selama UN berlangsung sebagai usaha terakhir dalam mendongkrak nilai UN peserta didiknya.
 Apakah berubahnya sistem patokan penilaian kelulusan, yang sekarang juga mempertimbangkan nilai raport dari kelas 4 sampai 6, telah berhasil mengatasi masalah?
 Oh, tidak bisa. Justru timbul masalah baru.
Bagaimana tidak, untuk mengantisipasi anjloknya nilai UN peserta didik, maka nilai raport peserta didik harus tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa Nilai Akhir = NS (40%) + UN (60%). Sedangkan NS = nilai rapor (40%) + US (60%). Disinilah masalah itu timbul. Kok bisa? Sekarang beban berat juga harus dipikul oleh guru kelas 4, 5 dan 6. Mereka harus mengupayakan nilai raport peserta didik mulai dari kelas 4 sampai kelas 6 harus baik. Mengantisipasi jika nilai UN mereka anjlok. Entah bagaimana caranya, pokoknya nilai raport harus bagus. Di-remidi, dikatrol, bahkan disulap. Emang guru sekarang juga tukang sulap?
Ironis, seolah budaya membangun kejujuran akademik dikesampingkan ketika guru harus, mau tidak mau, memberi nilai raport yang tinggi. Meskipun ada sich beberapa guru yang tetap perpendirian bahwa nilai raport peserta didik tidak boleh dikatrol ataupun disulap. Salut buat mereka.
Itu adalah satu dari sekian ketidakjujuran guru dalam bidang akademik. Belum lagi mark up nilai raport peserta didik agar peserta didik dapat melanjutkan ke sekolah favorit, dan masih banyak lagi ketidakjujuran akademik yang terjadi.
Solusinya bagaimana?
Peran guru harus lebih maksimal dalam membangun budaya kejujuran akademik tersebut. Bukan berarti menganggap remeh peran kepala sekolah dan yayasan, jika sekolah tempat guru tersebut mengajar adalah sekolah swasta.  Diakui atau tidak, tekanan dari kepala sekolah maupun yayasan kadang bisa meruntuhkan ideslisme dan pendirian guru.
Ada beberapa hal yang harus kita, para guru, perhatikan berkenaan dengan fenomena tersebut:
1.        Sudah masksimalkah kita dalam usaha transfer of knowledge ke peserta didik?
Sebenarnya nilai raport peserta didik itulah yang dapat kita jadikan ukuran keberhasilan kita dalam usaha transfer of knowledge kepada peserta didik kita. Kalaupun ada satu dua peserta didik yang mendapatkan nilai jelek, berarti harus ada evaluasi. Apakah cara mengajar kita yang salah ataukah memang ada yang salah dengan peserta didik tadi sehingga mendapatkan nilai jelek? Tidak bisa kita menilai setiap individu itu sama rata. Harus ada pengamatan dan penilaian secara personal. Metode pengajaran pun harus lebih variatif, ada peserta didik yang hanya diterangkan sekali dia sudah bisa menangkap penjelasan kita, tetapi ada juga peserta didik yang harus diterangkan berulang-ulang baru bisa nenangkap penjelasan kita. Ada yang suka mendengar saja, ada yang suka diskusi kelompok, ada yang suka dengan permainan, macam-macam. Dan di situlah peran guru untuk lebih sensitif dan proaktif dalam mengamati peserta didiknya.
Saya yakin, tiap tiap guru akan senang jika semua peserta didiknya pinter semua. Sehingga hanya perlu dijelaskan sekali terus diberi latihan, mereka sudah bisa menguasai materi yang diberikan. Tapi, faktanya tidak begitu. Inovasi dan kerja keras adalah kunci kesuksesan dalam membimbing peserta didik.

2.        Ikuti kata hati bukan kata orang lain.
Biasanya inilah alasan terbesar para guru untuk bertindak tidak jujur dalam pemberian nilai. Tekanan kepala sekolah dan, bagi sekolah swasta, yayasan. Mereka menekan guru agar memberi nilai tinggi dengan berbagai alasan.
Saya yakin hati nurani seorang guru, digugu lan ditiru, akan berkata lain. Saya yakin masih banyak guru yang bermoral baik. Menjunjung tinggi kejujuran. Alasan apapun tidak akan dapat mempengaruhi keputusan guru selama guru tersebut selalu mengikuti kata hati mereka.

3.        Ingat, tugas guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik.
Setelah kita berusaha dengan menggunakan pendekatan metode mengajar yang bervariasi, inovasi dan kerja keras telah kita lakukan, tetapi hasil yang kita harapkan tidak sesuai dengan harapan kita. Apa yang akan kita lakukan? Mengkatrol atau menyulap nilai peserta didik dengan berbagai alasan ataukah akan kita cantumkan apa adanya? Jika itu yang kita lakukakan, maka kita tidak hanya menjadi pengajar yang gagal tetapi kita juga akan menjadi pendidik yang gagal.
Seperti yang telah saya singgung di atas, tugas guru tidak hanya mengajar, dia harus mendidik dan melatih. Mendidik peserta didik agar bersifat dan bersikap santun, anggun dan bermoral yang baik. Jika kita saja sudah tidak jujur, bagaimana kita mengharapkan peserta didik kita akan jujur.

Ditulis oleh: Eko Hartoyo Hadi, S.S (salah satu staf pengajar di MIM 2 Jombang)
Artikel lain: Madyoi.blogspot.com